Wawangsalan Bahasa Sunda

  • Gugun Gunardi Fakultas Sastera, Universitas Padjadjaran Indonesia

Abstrak

Wawangsalan dalam bahasa Sunda merupakan susunan kata dalam bentuk teka-teki yang sama dengan wangsalan dalam Kesusasteraan Cirebon. Wawangsalan dalam khazanah sastera Sunda termasuk salah satu daripada bentuk sisindiran. Sisindiran adalah bentuk puisi semacam pantun dalam sastera Melayu. Sisindiran tumbuh dan berkembang dalam masyarakat bahasa Sunda umumnya. Sisindiran berasal daripada kata sindir"sindir, menyindir", ertinya berkata secara tidak langsung atau tidak terus terang. Sisindiran ialah suatu bentuk puisi sastera tradisional Sunda yang mempunyai sampiran dan isi. Sisindiran ini merupakan karya sastera Sunda asli yang sudah ada sejak dulu, jauh sebelum kedatangan Islam. Dalam tulisan ini, yang akan menjadi fokus pembicaraan adalah wawangsalan-tatarucingan. Wawangsalan yang terdiri daripada dua baris, iaitu baris pertama sebagai teka-teki, dan baris kedua sebagai erti sekali gus bahagian yang memandu pendengar untuk meneka isi teka-teki baris pertama. Sindir dalam wawangsalan berupa menegur, mengingatkan, memohon sesuatu, atau menggambarkan sifat seseorang secara tidak langsung.


Kata kunci: wawangsalan, teka-teki, sisindiran

Rujukan

Brown & Yule, 1993. Semantik Idan II. Bandung: Eresco.

Crystal, David, 1983. A First Dictionary of Linguistics and Phonetics. London: Andre Deutsch.

Danadibrata, R.A., 2007. Kamus Bahasa Sunda. Bandung: Unpad-Kiblat.

Djajasudarma, Fatimah, 1985. Kecap Anteuran Bahasa Sunda: Satu Kajian Semantik dan Struktur. Disertasi Universitas Indonesia.

Djajasudarma, Fatimah, 1993a. Semantik I dan II. Bandung: Eresco.

Djajasudarma, Fatimah, 1993b. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.

Djajasudarma, Fatimah, 1993c. Tata Bahasa Acuan Bahasa Sunda. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahassa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djajasudarma, Fatimah, 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan antar Unsur. Bandung. Eresco.

Djajasudarma, Fatimah, 1999. Penalaran Deduktif - Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Djajasudarma, Fatimah, 2003. Analisis Bahasa; Sintaksis dan semantik. Bandung: Uvula.

Djajasudarma, Fatimah dkk., 2004. Kamus Indonesia-Sunda, Sunda-Indonesia. Bandung: Alumni.

Hidayat, 2006. Tatarucingan Basa Sunda. Bandung

Keraf, Gorys, 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti, 1993. Kamus Linguistik. Edisi ketiga. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Masinanbow, E.K.M & Paul Haenen, 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Jakarta: Yayasan Obor, Indonesia.

Poerwadarminta, W.J.S., 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahardjo, Untung, 2005. Kesusasteraan Cirebon. Cirebon: Yayasan Pradita.

Rosidi & Ekadjati dkk, 2000. Ensiklopedia Sunda: Alam, Manusia dan Budaya, Termasuk Cirebon dan Betawi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Salmun, M.A., 1963. Kandaga Kasusatraan Sunda. Djakarta: Ganaco.

Satjadibrata, R., 1950. Kamoes Soenda-Indonesia. Djakarta: Balai Pustaka.

Wibisana, Wahyu dkk., 2000. Lima Abad Sastera Sunda. Bandung: Geger Sunten.

Wiratmadja, Apung S., 2006. Nu Sarimbag & Unak-Anik Dina Tembang Sunda. Bandung: YPK.
Telah diterbitkan
2010-12-02